Apa kabar sobat Gagas Pertanian ? Bisnis cabai merupakan salah satu pilihan bisnis yang menggiurkan. bagaimana tidak? Meskipun harganya...
Apa kabar sobat Gagas Pertanian? Bisnis cabai merupakan salah satu pilihan bisnis yang menggiurkan. bagaimana tidak? Meskipun harganya fluktuatif, tetapi petani yang konsisten akan merasakan bagaimana manisnya untung dari budidaya cabai. Tentu anda masih ingat bagaimana harga cabai mencapai 80 ribu per kg. Nah,, untuk mendapat untung dari budidaya cabai, kita harus faham bagaimana teknis budidaya yang benar
Cabai merah (Capsicum
annuum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas
sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai
prospek pasar yang menarik. Buah cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk
campuran bumbu masak juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai dan buah kering. Lantas bagaimana cara budidaya yang benar?
PERSYARATAN TUMBUH
Cabai merah cocok dibudidayakan, baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian
0–1000 m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur
remah atau gembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6–7.
Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Hal tersebut berhubungan dengan
tempat tumbuh tanaman cabai (sawah atau tegalan). Tanaman cabai yang
dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di
tegalan ditanam pada musim hujan. Dengan pemilihan musim tanam yang tepat,
diharapkan pada saat pertumbuhan tanaman, kandungan air sawah tidak berlebihan
dan di tanah tegalan masih cukup air untuk pertumbuhan cabai.
BUDIDAYA TANAMAN
1. Varietas yang dianjurkan
Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabai merah
antara lain adalah Lembang–1, Tanjung–2,
Hot Chilli, Hot Beauty dan sebagainya. Kebutuhan benih sebesar 250-350 g/ha.
2. Persemaian
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat
(50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan
persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1),
kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan
persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan, persemaian
ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari,
bibit dipindah kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama
(tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah
berumur 4-5 minggu.
3. Pengolahan
Lahan
a. Lahan
kering/tegalan
Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm
sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30
cm, dan jarak antar bedengan 30 cm. Lubang
tanam dibuat dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm) atau 50 cm x 70 cm, sehingga dalam tiap bedengan terdapat 2 baris
tanaman.
b. Lahan
sawah
Tanah dicangkul sampai gembur
kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antara bedengan dibuat
parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Dibuat
lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan
pengapuran menggunakan Kaptan/Dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha pada 3-4 minggu
sebelum tanam (bersamaan dengan pengolahan tanah dengan cara disebar di
permukaan tanah dan diaduk rata).
4. Pemupukan
a.
Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan
kering
Pupuk
dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi sebanyak 20–40 ton/ha
dan pupuk buatan TSP 200–225 kg/ha diberikan sebelum tanam.
Pupuk susulan berupa Urea 100–150
kg/ha, ZA 300–400 kg/ha, dan KCl 150–200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6
dan 9 minggu setelah tanam.
b.
Untuk penanaman cabai secara tumpang gilir dengan bawang
merah
Bawang merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–20 ton/ha dan TSP
150–200 kg/ha diberikan 7 hari sebelum tanam, kemudian Urea 150–200 kg/ha, ZK
400–500 kg/ha dan KCl 150–200 kg/ha diberikan pada umur 7 dan 25 hari setelah
tanam masing-masing ½ dosis.
Cabai merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–15 ton/ha dan
TSP 100–150 kg/ha diberikan seminggu setelah tanam. Urea 100–150 kg/ha, ZA 300
– 400 kg/ha dan KCl 100 – 150 kg/ha diberikan pada umur 4, 7 dan 10 minggu
setelah tanam.
c.
Untuk penanaman cabai secara tumpangsari dengan kubis
atau tomat
Pupuk kandang kuda atau sapi 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15
sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu
sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk
susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume
semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum
tanam dan diulang tiap 10-15 hari
sekali.
5. Penggunaan mulsa
Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan
mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi
serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang
diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan.
6. Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah
tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan
cara dileb (digenangi) atau disiram
perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan
pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang
berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya
dipangkas.
7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman cabai antara lain kutu
kebul, thrips, kutu daun, ulat grayak, ulat buah tomat, lalat buah, antraknose,
penyakit layu, virus kuning, dsb. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada
OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:
-
Penggunaan
border 4–6 baris jagung
-
Penggunaan
musuh alami (predator: Menochilus sexmaculatus)
-
Penggunaan
perangkap (kuning, methyl eugenol)
-
Penggunaan
pestisida nabati
-
Penggunaan
pestisida kimia sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk. Pengendalian dengan pestisida harus
dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya
8. Panen dan Pascapanen
Cabai
merah dapat di panen pertama kali pada umur 70–75 hari setelah tanam di dataran
rendah dan pada umur 4–5 bulan di dataran tinggi, dengan interval panen 3–7
hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat buah atau antraknos sebaiknya
langsung dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar sebaiknya dipanen matang.
Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen matang hijau. Buah yang akan
dikeringkan dipanen setelah matang penuh.
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai
merah yang sehat, bentuk normal dan baik dengan buah yang kualitasnya tidak
baik. Pengemasan cabai untuk transportasi jarak jauh sebaiknya mengggunakan
kemasan yang diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala.
Apabila hendak disimpan sebaiknya disimpan di tempat penyimpanan yang kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.
Sumber: Juknis PrimaTani 2007
Oleh: W. Setiawati, R. Murtiningsih, G.A. Sopha, dan T.
Handayani:
COMMENTS