Kangkung ( Ipomoea spp . ) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran daun, termasuk ke dalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung...
PERSYARATAN TUMBUH
Tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan tempat
tumbuh yang sulit. Salah satu syarat yang penting adalah air yang cukup,
terutama untuk kangkung air. Bagi kangkung darat apabila kekurangan air
pertumbuhannya akan mengalami hambatan, sehingga perlu dilakukan penyiraman. Kangkung
dapat ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Pada dataran rendah,
biasanya kangkung ditanam di kolam atau rawa-rawa atau di atas timbunan bekas
sampah dan juga di tegalan. Waktu tanam yang baik adalah pada musim hujan untuk
kangkung darat dan musim kemarau untuk kangkung air.
BUDIDAYA TANAMAN
1. Benih
Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra dan
varietas lokal, seperti lokal Subang dsb. Kangkung air mempunyai daun panjang
dengan ujung yang agak tumpul berwarna hijau tua dan bunganya berwarna
keunguan. Jenis ini diperbanyak dengan stek batang yang panjangnya 20–25 cm.
Untuk kebutuhan stek dalam 1 m2 yaitu sekitar 16 stek.
Kangkung darat mempunyai daun panjang dengan ujung daun
yang runcing, berwarna hijau keputih–putihan dan bunganya berwarna putih. Jenis
kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Kebutuhan benih untuk luasan satu
hektar sekitar 10 kg.
2. Penanaman
Stek–stek kangkung air ditanam pada lumpur kolam atau
sawah yang dangkal dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Pada
pertanaman kangkung air, pemberian pupuk kandang jarang dilakukan. Pupuk buatan
berupa 50–100 kg N/ha diberikan setelah tanaman tumbuh. Pemberian pupuk N juga diberikan
setelah panen.
Biji kangkung darat ditanam pada tanah tegalan yang telah
dipersiapkan. Tanah tegalan tersebut dicangkul sedalam 30 cm, dan diberi pupuk
kandang kuda atau domba sebanyak 1 kg/m2 atau 10 ton/ha. Setelah
tanah diratakan kemudian dibuat bedengan pertanaman dengan lebar 60 cm atau 1
m. Pada bedengan-bedengan tersebut dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak 20
cm antar barisan dan 20 cm antara tanaman. Tiap lubang diberi 2–7 biji
kangkung. Sistem penanaman dilakukan dengan zig-zag atau sitem garitan (baris).
Pemupukan yang digunakan yaitu Urea 200 kg, TSP 200 kg dan KCl 100 kg per hektar.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga
ketersediaan air pada kangkung darat. Apabila tidak turun hujan, harus segera
dilakukan penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma
pada waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
.Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutudaun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit yang
dapat menyerang batang tanaman kangkung antara lain penyakit karat putih yang
disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans.
Gejala penyakit ini
berupa pustul–pustul (bintik berwarna putih) di sisi daun sebelah bawah batang. Apabila diperlukan penggunaan
pestisida, sebaiknya digunakan pestisida yang benar–benar aman dan cepat
terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati ataupun insektisida
piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus
dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
5. Panen dan Pascapanen
Setelah tanaman berumur 30-40 hari, kangkung yang berasal
dari stek mulai dapat dipangkas ujungnya sepanjang kurang lebih 20 cm, agar
tanaman banyak bercabang. Sedangkan untuk tanaman yang berasal dari biji, panen
dimulai setelah berumur 60 hari. Pangkasan ini merupakan hasil panen pertama
yang dapat dijual. Pemungutan hasil selanjutnya dilakukan dengan jalan
memangkas ujung cabang-cabangnya pada tiap setengah bulan sekali. Tanaman yang
baik dapat menghasilkan 10–16 ton/ha dalam satu tahun. Tanaman berumur satu
atau dua tahun perlu dibongkar atau diganti
dengan tanaman baru.
Sumber: Juknis PrimaTani 2007
Oleh; W. Setiawati, R. Murtiningsih, G.A. Sopha, dan T.
Handayani:
COMMENTS