Sahabat Gagas Pertanian, pestisida hakekatnya adalah racun. Meskipun penggunaannya sangat bermanfaat dalam dunia pertanian, namun kita ...
Sahabat Gagas Pertanian, pestisida hakekatnya adalah racun. Meskipun penggunaannya sangat bermanfaat dalam dunia pertanian, namun kita tak boleh lupakan dasarnya, Pestisida Adalah Racun. Pestisida mengandung bahan aktif yang mempengaruhi sistem tubuh hama dan penyakit sasaran. Mekanismenya sangat bervariasi tergantung jenis bahan aktifnya. Karena itu penting bagi kita untuk memahami label pestisida sebagai sumber informasi primer. Selain itu pengetahuan mengenai toksisitas pestisida dan mekanismenya layak untuk mendapat perhatian. Tulisan Drh. Darmono MSc ini sangat menarik untuk kita fahami.
Pestisida
adalah bahan kimia untuk membunuh hama
(insekta, jamur dan gulma). Sehingga pestisida dikelompokkan menjadi :
-
Insektisida (pembunuh insekta)
-
Fungisida ( pembunuh jamur)
-
Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu)
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga
digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kepinding, kecoa dan
berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata
banyak menimbulkan keracunan pada orang. Kematian yang disebabkan oleh
keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu
menggunakannya, maupun karena disalah gunakan (unttuk bunuh diri). Dewasa ini
bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha mengurangi efek
samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik
pada serangga.
Diantara jenis atau pengelompokan
pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak digunakan dinegara
berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan dinegara yang sudah maju.
Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak menggunakan pestisida adalah
sebagai berikut
-
Amerika Serikat 45%
-
Eropa Barat 25%
-
Jepang 12%
-
Negara berkembang lainnya 18%
Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia,
penggunaan pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan
pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan
membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
1. Klasifikasi Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi
menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka
pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup
lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.
Klasifikasi
|
Bentuk Kimia
|
Bahan active
|
Keterangan
|
1.
Insektisida
|
Botani
Carbamat
Organophosphat
Organochlorin
|
Nikotine
Pyrethrine
Rotenon
Carbaryl
Carbofuran
Methiocorb
Thiocarb
Dichlorovos
Dimethoat
Palathion
Malathion
Diazinon
Chlorpyrifos
DDT
Lindane
Dieldrin
Eldrin
Endosulfan
gammaHCH
|
Tembakau
Pyrtrum
-
toksik
kontak
toksik
sistemik
bekerja
pada lambung
juga
moluskisida
toksik
kontak
toksik
kontak, sistemik
toksik
kontak
toksik
kontak
kontak
dan ingesti
kontak,
ingesti
persisten
persisten
kontak,
ingesti
kontak,
ingesti
|
Herbisida
|
Aset
anilid
Amida
Diazinone
Carbamate
Triazine
Triazinone
|
Atachlor
Propachlor
Bentazaone
Chlorprophan
Asulam
Athrazin
Metribuzine
Metamitron
|
Sifat
residu
Kontak
Toksin
kontak
|
Fungisida
|
Inorganik
Benzimidazole
Hydrocarbon-phenolik
|
Bordeaux
mixture
Copper
oxychlorid
Mercurous
chloride
Sulfur
Thiabendazole
Tar
oil
|
Protektan
Proteoktan
Protektan,
sistemik
Protektan,
kuratif
|
2. Organophosphat
Lebih
dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji untuk
aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500
jenis saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik
bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh
serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya
fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas
kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk
pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga
digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi
antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin,
ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati
glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata.
a) struktur komponen organophosphate
Organophosphat
disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut
digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada
awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion
dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik
terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan
ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap
orang (mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta..
b) Mekanisme toksisitas
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik
diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang.
Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi
diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang
dewasa. Organofosfat menghambat aksi
pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan
pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah
asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik
pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala
keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate
melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.
Tabel 1.
Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen
|
LD50
(mg/Kg)
|
Akton
Coroxon
Diazinon
Dichlorovos
Ethion
Malathion
Mecarban
Methyl
parathion
Parathion
Sevin
Systox
TEPP
|
146
12
100
56
27
1375
36
10
3
274
2,5
1
|
c) Gejala keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap
gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin
persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel
2. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek
|
Gejala
|
1.
Muskarinik
|
-
Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
-
Kejang perut
-
Nausea dan vomitus
-
Bradicardia
-
Miosis
-
Berkeringat
|
2.
nikotinik
|
-
Pegal-pegal, lemah
-
Tremor
-
Paralysis
-
Dyspnea
-
Tachicardia
|
3.
sistem saraf pusat
|
-
Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
-
Sakit kepala
-
Emosi tidak stabil
-
Bicara terbata-bata
-
Kelemahan umum
-
Convulsi
-
Depresi respirasi dan gangguan jantung
-
Koma
|
Gejala
awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena
terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam
darah meningkat pada mata dan otot polos.
3) Carbamate
Insektisida karbamat telah
berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya
rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif
untuk membunuh insekta.
Strukrure Carbamate insektisida
Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara
alamia dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas
dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR.
Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan
organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.
4) Organochlorin
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon”
terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang
paling populer dan pertama kali
disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.
Tabel
3. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok
|
Komponen
|
Cyclodienes
|
Aldrin,
Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.
|
Hexachlorocyclohexan
|
Lindane
|
Derivat Chlorinated-ethan
|
DDT
|
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan,
wlaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada
dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf
sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target
toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan
patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan
dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam.
Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi
penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai
sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada
intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
Nausea, vomitus
Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
Iritabilitas
Tremor
Convulsi
Koma
Kegagalan pernafasan
Kematian
5) Pengobatan
Pengobatan keracunan pestisida ini
harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas organophosphat.. Bila dilakukan
terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis
keracunan dilakukan berdasarkan
terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling
berhubungan. Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits
erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah
normal, kercaunan mesti terjadi dan gejala segera timbul.
Pengobatan dengan pemberian atrophin
sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg.
Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik.
Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat.
Obat tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin (geocities.com)
sumber gambar: go4healthylife.com
Bot Pranadi
sumber gambar: go4healthylife.com
Bot Pranadi
COMMENTS