Jumlah dan teknik penyiangan bawang mera h selama musim tanam dapat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Terutama jika budidaya dalam skala...
Jumlah dan teknik penyiangan bawang merah selama musim tanam dapat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Terutama jika budidaya dalam skala luas sehingga banyak menggunakan tenaga kerja. Semakin banyak penyiangan dilakukan maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin tinggi.
Benarkah semakin banyak penyiangan dilakukan maka hasil produksi bawang merah akan semakin tinggi? Benarkah bila tidak disiangi akan mengurangi hasil produksi? Bagaimana bila penyiangan hanya dilakukan sebanyak dua kali?
Untuk menjawab hal tersebut, dapat merujuk pada kajian yang dilakukan oleh Retno Wulandari, Nur Edy Suminarti dan Husni Thamrin Sebayang. Uji dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiangan dan jarak tanam pada pertumbuhan dan hasil bawang merah. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2013 di lahan sawah petani yang terletak di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penyiangan dilakukan sebanyak 1, 2, dan 3 kali pada setiap jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 15 cm, 20 x20 cm, dan 20 x 25 cm. Lahan kontrol tidak dilakukan penyiangan. Pengamatan tanaman bawang merah dilakukan pada umur 52 hst, 67 hst dan pada saat panen.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa frekuensi penyiangan sangat berpengaruh pada hasil produksi bawang merah yang dapat diamati dari jumlah umbi per rumpun, bobot segar umbi per rumpun, dan hasil panen umbi kering.
Penyiangan memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah anakan bawang merah di seluruh jarak tanam. Sebagai contoh pada jarak tanah 20x20 cm jumlah anakan pada petak tanpa disiang, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali secara berturut-turut adalah 5,55; 8,00; 9,55; dan 10, 11. Hingga penyiangan ke dua, jumlah anakan sangat terpengaruh oleh penyiangan. Tetapi tidak terlalu berbeda pengaruhnya antara penyiangan ke 2 dan ke 3. Hal ini disebabkan antara penyiangan ke 2 dan ke 3 tanaman sudah masuk pada fase pembesaran umbi, sehingga jumlah anakan yang terbentuk semakin berkurang.
Penyiangan bawang merah juga memberikan pengaruh yang nyata pada bobot segar umbi. Pada jarak tanam 20 x 20 cm, hasil bobot segar umbi pada petak tanpa disiang, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali adalah 6,31 g; 29,03 g; 32,94 g; dan 42,58 g. Penyiangan hingga 3 kali memberikan bobot segar yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan tanpa penyiangan. Mencapai hampir tujuh kali lipat. Perbedaan yang sangat besar. Meskipun antara penyiangan ke 1 dan ke 2 tidak berbeda nyata pada bobot segar umbi, tetapi penyiangan ke-3 memberikan pengaruh yang besar pada bobot umbi segar.
Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap bobot umbi kering perhektar? Karena berpengaruh pada jumlah anakan dan bobot umbi segar, bisa diduga bahwa penyiangan sangat mempengaruhi bobot umbi kering. Hal ini bisa dilihat dari hasil bobot umbi kering dengan jarak tanam 20 x 20 cm pada petak tanpa disiangi, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali. Secara berturut-turut bobot umbi keringnya adalah 3,16 ton/ha; 7,41 ton/ha; 9,69 ton/ha; dan 12,44 ton/ha. Pengaruh penyiangan sangat besar. Hasil pada penyiangan sebanyak tiga kali hampir empat kali lipat dari tanaman yang tanpa disiang
Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan penyiangan sebanyak 3 kali selama musim tanam agar memberikan hasil yang optimal. Sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar. Apabila terpaksa dikurangi jumlah penyiangan karena kekurangan sumber daya, maka jangan sampai kurang dari dua kali penyiangan.
Gambar: Pixabay
Untuk menjawab hal tersebut, dapat merujuk pada kajian yang dilakukan oleh Retno Wulandari, Nur Edy Suminarti dan Husni Thamrin Sebayang. Uji dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiangan dan jarak tanam pada pertumbuhan dan hasil bawang merah. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2013 di lahan sawah petani yang terletak di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penyiangan dilakukan sebanyak 1, 2, dan 3 kali pada setiap jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 15 cm, 20 x20 cm, dan 20 x 25 cm. Lahan kontrol tidak dilakukan penyiangan. Pengamatan tanaman bawang merah dilakukan pada umur 52 hst, 67 hst dan pada saat panen.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa frekuensi penyiangan sangat berpengaruh pada hasil produksi bawang merah yang dapat diamati dari jumlah umbi per rumpun, bobot segar umbi per rumpun, dan hasil panen umbi kering.
Penyiangan memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah anakan bawang merah di seluruh jarak tanam. Sebagai contoh pada jarak tanah 20x20 cm jumlah anakan pada petak tanpa disiang, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali secara berturut-turut adalah 5,55; 8,00; 9,55; dan 10, 11. Hingga penyiangan ke dua, jumlah anakan sangat terpengaruh oleh penyiangan. Tetapi tidak terlalu berbeda pengaruhnya antara penyiangan ke 2 dan ke 3. Hal ini disebabkan antara penyiangan ke 2 dan ke 3 tanaman sudah masuk pada fase pembesaran umbi, sehingga jumlah anakan yang terbentuk semakin berkurang.
Penyiangan bawang merah juga memberikan pengaruh yang nyata pada bobot segar umbi. Pada jarak tanam 20 x 20 cm, hasil bobot segar umbi pada petak tanpa disiang, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali adalah 6,31 g; 29,03 g; 32,94 g; dan 42,58 g. Penyiangan hingga 3 kali memberikan bobot segar yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan tanpa penyiangan. Mencapai hampir tujuh kali lipat. Perbedaan yang sangat besar. Meskipun antara penyiangan ke 1 dan ke 2 tidak berbeda nyata pada bobot segar umbi, tetapi penyiangan ke-3 memberikan pengaruh yang besar pada bobot umbi segar.
Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap bobot umbi kering perhektar? Karena berpengaruh pada jumlah anakan dan bobot umbi segar, bisa diduga bahwa penyiangan sangat mempengaruhi bobot umbi kering. Hal ini bisa dilihat dari hasil bobot umbi kering dengan jarak tanam 20 x 20 cm pada petak tanpa disiangi, disiang 1 kali, disiang 2 kali, dan disiang 3 kali. Secara berturut-turut bobot umbi keringnya adalah 3,16 ton/ha; 7,41 ton/ha; 9,69 ton/ha; dan 12,44 ton/ha. Pengaruh penyiangan sangat besar. Hasil pada penyiangan sebanyak tiga kali hampir empat kali lipat dari tanaman yang tanpa disiang
Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan penyiangan sebanyak 3 kali selama musim tanam agar memberikan hasil yang optimal. Sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar. Apabila terpaksa dikurangi jumlah penyiangan karena kekurangan sumber daya, maka jangan sampai kurang dari dua kali penyiangan.
Gambar: Pixabay
COMMENTS