Jarak tanam termasuk faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Namun menentukan jarak tanam yang ideal tentu tidaklah mudah. Meng...
Jarak tanam termasuk faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Namun menentukan jarak tanam yang ideal tentu tidaklah mudah. Mengingat tidak ada satu patokan ideal untuk semua kondisi. Dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem yang melingkupi area budidaya, varietas serta perlakuan lainnya seperti pemupukan, pengolahan tanah, dan perawatan. Jarak tanam bawang merah pada musim hujan mungkin berbeda dengan musim kemarau.
Penentuan jarak tanam bawang merah yang ideal perlu diperhatikan oleh petani karena ini bagian dari usaha optimasi hasil panen dengan input yang paling efisien. Bila jarak tanam diperlebar, umbi bawang merah cenderung akan lebih besar karena mampu tumbuh dalam kondisi yang lebih optimal. Tidak terjadi perebutan nutrisi antar tanaman, mendapatkan sinar matahari yang lebih penuh, dan tanaman lebih leluasa untuk tumbuh dan berkembang. Bibit yang dibutuhkan pun lebih sedikit. Bisa diperhatikan pada gambar dibawah (7/8).
Bawang merah tersebut ditanam pada jarak tanam 25 x 25 cm di kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. Jarak tanam yang cukup lebar untuk bawang merah. Dari pengamatan visual, umbi yang dihasilkannya lebih besar daripada umbi bawang merah disekitarnya. Meskipun tingkat produksi per hektar dan besar umbi pada tanaman tersebut tidak bisa dijadikan dasar secara ilmiah, karena perlakuan pemupukan dan perawatan antar petani yang menanam jarak tersebut dengan petani lainya berbeda. Tetapi bagi praktisi akan dapat mengambil kesimpulan bahwa umbi tersebut memang lebih besar daripada umbi lain disekitarnya.
Pertanyaanya adalah apakah hasil produksi per hektar bawang merah yang ditanam dengan jarak sangat lebar tersebut lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih sempit? Karena populasinya lebih sedikit. Apakah besarnya umbi mampu mengejar berat total dari populasi jarak tanam yang lebih sempit? Hal ini perlu dilihat dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
Menurut Balitbangtan, jarak tanam yang digunakan untuk bawang merah adalah 15 x 20 cm. Jarak tanam ini bisa digunakan pada model tanam monokultur maupun tumpang sari bawang merah-cabai. Apabila menggunakan varietas yang lebih besar atau tanam pada musim penghujan, maka jarak tanam diperlebar menjadi 20x20 cm. Standard Operating Procedure (SOP) budidaya bawang merah Kabupaten Gunung Kidul juga menggunakan jarak tanam 15x20 cm. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dalam websitenya merekomendasikan jarak tanam bawang merah pdf sebesar 15 x 15, 15 x 20 atau 15 x 20 cm. Tergantung pada kondisi.
Kusmiadi R, Ona C dan Saputra E melakukan penelitian di Bangka Belitung pada tahun 2014 menggunakan uji jarak tanam 10x15 cm dan 20 x 15cm dengan beberapa perlakuan penyiangan. Ternyata kedua jarak tanam tersebut memberikan pengaruh tidak nyata pada jumlah umbi dan bobot basah umbi, meskipun secara hasil menunjukkan bahwa bobot basah pada jarak tanam 20x15 cm lebih tinggi. Artinya kedua jarak tanam tidak terlalu berpengaruh pada jumlah dan bobot basah umbi.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 di Malang oleh Wulandari R, Suminarti NE, dan Sebayang HT menggunakan variasi jarak tanam yang lebih banyak yaitu 20 x 15 cm, 20 x 20 cm, dan 20 x 25 cm. Jumlah anakan pada jarak tanam 20 x 20 cm dan 20 x 25 cm lebih tinggi daripada 20x15 cm, tetapi diantara keduanya (20 x 20 dan 20 x 25) tidak berbeda nyata. Pada rerata bobot umbi kering dengan frekuensi penyiangan 3 kali, bobot umbi kering pada jarak tanam 20 x 15, 20 x 20, dan 20 x 25 cm berturut-turut adalah 8,39 ton/ha, 12,44 ton/ha, dan 12,53 ton/ha. Bobot umbi tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 x 20 cm dan 20 x 25 cm. Meskipun diantara keduanya terdapat perbedaan hasil tetapi secara statistik tidak berbeda nyata, sehingga dianggap tidak ada perbedaan.
Pada tahun 2018, Rima Febryna melakukan uji pengaruh jarak tanam dan uji beberapa varietas pada dataran rendah. Faktor yang diteliti yaitu varietas bawang merah terdiri dari 4 taraf yaitu lokal gayo, tajuk, batu ijo, dan brebes dan jarak tanam yang terdiri dari tiga taraf yaitu 20 cm x 15 cm, 20 cm x 20 cm, dan 20 cm x 25 cm. Dari hasil penelitian tersebut perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hst, diameter umbi, bobot biomassa basah, bobot basah umbi, bobot biomassa kering serta bobot kering umbi. Pertumbuhan dan hasil terbaik diperoleh pada jarak tanam 20 cm x 25 cm. Sedang pertumbuhan dan hasil terbaik didapat pada varietas batu ijo.
Sumarni N, Rosliani R, dan Suwandi melakukan percobaan dengan berbagai jarak tanam dan dosis NPK untuk mengetahui produksi bawang merah dari benih umbi mini di dataran tinggi pada tahun 2010. Menggunakan tiga jarak tanam ( 5x20 cm, 10 x 20 cm, dan 15 x 20 cm) yang dikombinasikan dengan empat taraf dosis pupuk NPK (1/2; 1; 1,5; dan 2 dosis NPK standar) serta menggunakan perlakuan kontrol yang menggunakan benih umbi konvensional 5g/umbi dengan jarak tanam 15 x 20 cm dan 1 dosis pupuk NPK. Jarak tanam yang terbaik adalah jarak tanam 15 x 20 cm dengan dosis N 190 kg/ha, P2O5 92 kg/ha, dan K2O 120 kg/ha memberikan kombinasi jarak tanam dan dosis NPK yang paling baik.
Dari hasil beberapa penelitian diatas kita bisa mengetahui bahwa agroklimat, pupuk, varietas, dan perawatan berinteraksi dengan jarak tanam mempengaruhi hasil produksi bawang merah. Memberikan kesimpulan berbeda pada jarak tanam manakah yang memberikan hasil produksi tertinggi. Namun dapat kita lihat bahwa jarak tanam 15 x 20 dan 20 x 20 merupakan jarak tanam yang secara umum memberikan hasil lebih optimal. Ini sesuai dengan rekomendasi dari Balitbangtan Kementan. Jarak tanam lebih tinggi seperti 20 x 25 bisa diterapkan, tetapi diiringi dengan perlakuan yang lebih spesifik.
Oleh: Bot Pranadi
Gambar: republika
COMMENTS