Paria atau pare ( Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran setahun atau tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada dua...
Paria atau pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran setahun atau
tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada dua tipe kultivar yang
penting, yaitu kultivar yang menghasilkan buah yang meruncing pada ujungnya,
dan kultivar yang menghasilkan buah yang tidak meruncing.
Buah paria merupakan sumber vitamin C yang baik,
vitamin A, fosfor, dan besi. Ujung batang paria merupakan sumber pro-vit A yang baik, protein, tiamin dan vitamin C.
PERSYARATAN TUMBUH
Paria cocok dibudidayakan di daerah dengan
ketinggian 1-1000 m dpl dengan pH optimal 5-6. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada tanah
lempung berpasir dengan drainase baik dan kaya bahan organik. Suhu optimum
untuk pertumbuhan berkisar antara 24-270C.
BUDIDAYA TANAMAN
1.
Benih
Kebutuhan benih 5-7 kg/ha diperlukan untuk
mencapai populasi tanaman 13000–17000 tanaman per hektar.
2.
Persiapan Lahan
Paria biasanya ditanam di atas bedengan. Bedengan
berukuran lebar 1,5-2,5 m, panjang sesuai dengan kondisi lahan, tinggi 20 ccm
pada musim kemarau dan 30 cm pada hujan. Jarak tanam yang umum digunakan 0,75 cm x 0,75 m, 1 m x 1 m, atau 45–60 cm
dalam barisan dan 120–150 cm antar barisan. Dalam satu bedengan terdapat dua
baris tanaman. Jarak tanam yang lebar
digunakan untuk tempat para-para rambatan.
Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan
pengolahan lahan sebanyak 10-15 ton/ha dengan cara dicampur merata dengan tanah
atau dengan menempatkan pupuk di lubang tanam yang telah ditentukan.
3.
Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan ditanam langsung dan dengan disemai terlebih dahulu.
a. Penanaman langsung lebih umum digunakan, terutama
pada musim hujan. Lubang tanam dibuat sesuai jarak tanam yang digunakan. Benih
ditanam 2 atau 3 biji per lubang sedalam 2-3 cm. Kecambah umumnya muncul dalam
waktu sekitar 1 minggu. Setelah tanaman mempunyai 4 daun sejati, maka
sisakan satu tanaman yang sehat pada tiap lubang tanam.
b.
Penanaman tidak langsung atau
dengan disemai dahulu digunakan bila penanaman dilakukan pada musim kemarau
atau jumlah benih yang dimiliki terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi kematian bibit di lahan. Media
semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Benih
ditanam dengan jarak 2 cm x 2 cm. Setelah berumur ± 10 hari, bibit
dipindahkkan ke bumbunan. Bibit sibit siap dipindah tanam ke lapangan setelah
berumur ± 3 minggu
setelah semai atau mempunyai 3–4 daun. Agar tanaman
yang dipindah tanam dapat tumbuh dengan baik, sistem perakaran bibit tidak
boleh terganggu. Bibit cabutan tidak dapat bertahan dengan baik.
Tanaman yang mati atau tidak tumbuh di lapangan harus
segera disulam.
4.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang umum dilakukan berupa
penyiangan, pengairan, pemupukan, pemberian para para, prunning (pemangkasan) dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan rutin, paling tidak seminggu
sekali bersamaan dengan pembumbunan. Untuk mengendalikan gulma dapat juga
digunakan mulsa.
Tanaman paria tidak tahan kekeringan, sehingga
pada musim kemarau penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari. Pembuatan parit
di sekeliling guludan sangat diperlukan untuk mengurangi genangan air, hal ini
dilakukan pada musim penghujan.
Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat
tanaman berumur 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan
berikutnya dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan.
Pupuk susulan berupa NPK (15:15:15) 5-10 g/tanaman diberikan dengan cara
memasukkannya ke dalam lubang berjarak 10 cm dari tanaman.
Paria memerlukan penopang, atau rambatan untuk
meningkatkan produksi buah, mengurangi busuk buah serta memudahkan pengendalian OPT dan
pemanenan. Rambatan diberikan saat
tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat berupa ajir, teralis,
dan tunnel (gambar 1) setinggi
1,5-2 m.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang
samping yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6
minggu.
5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Serangan hama dan penyakit jarang ditemukan
apabila kondisi tanaman terawat. Hama yang banyak ditemukan adalah lalat buah, Epilachna sp., utu daun, trips, tungau
dan siput. Pengendalian lalat buah dilakukan dengan pembungkusan buah
menggunakan kertas saat buah masih kecil (panjang 2-3 cm) dan peggunaan
perangkap.
Penyakit yang umum ditemukan berupa embun tepung,
layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan menggunakan fungisida secara selektif.
6.
Panen dan Pascapanen
Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih
belum terlalu tua, bintil dan keriputnya masih
rapat. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Panen untuk benih
dilakukan pada buah yang sudah matang, berwarna kuning dan pembungkus bijinya
berwarna merah. Paria dapat dipanen pada umur sekitar 55 hari setelah tanam.
Panen dapat dilakukan berkali-kali untuk merangsang pembentukan buah baru.
Adanya buah cenderung dapat menghambat pembungaan.
Produksi buah dapat mencapai 10–12 buah per tanaman
atau 10–15 ton/ha. Sortasi untuk memisahkan buah yang rusak dan berpenyakit
sangat diperlukan untuk menjaga kualitas panenan.
Buah paria tidak tahan lama sehingga sebaiknya
segera dipasarkan setelah panen. Penyimpanan pada suhu 12-130C
dan kelembaban 85-90% dapat menjaga kualitas buah salama 2-3 minggu.
Oleh:
TIM PRIMA TANI
Balai Penelitian Tanaman
Sayuran
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
2007
COMMENTS