Gambar:micro.magnet.fsu.edu Apa kabar sobat Gagas Pertanian . Kali ini kita akan membahas satu makhluk hidup yang ada tapi seolah ti...
![]() |
Gambar:micro.magnet.fsu.edu |
Bakteri adalah mikroorganisme
bersel tunggal yang dapat hidup baik sebagai organisme independen atau sebagai
parasit (tergantung pada organisme lain untuk kehidupan). Istilah bakteri dimunculkan
di abad ke-19 oleh ahli botani Jerman Ferdinand Cohn (1828-1898) yang
berdasarkan pada Greek bakterion yang berarti sebuah tongkat kecil atau
staf.[1] Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak
terlihat oleh mata, tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut
akan nampak.[2]
Bakteri memiliki
morfologi:
- Uniseluler (bersel tunggal)
- Ukuran : panjang = 0,5-10 mm; lebar = 0,5-2,5 mm.
- Beberapa karakteristik bentuk sel yang ditemui adalah:
- coccus (bulat),
- bacillus (batang/basil),
- spirillium (spiral) dan
- vibrios (koma/vibrio).
Bakteri merupakan sel
prokariotik, yang berarti tidak memiliki selaput inti. Maka materi
genetik sel prokariotik tidak dibungkus oleh selaput. Beberapa jenis bakteri
memiliki kemampuan untuk membentuk endospora. Endospora terbentuk dalam sel
untuk menanggulangi keadaan lingkungan yang tidak kondusif. Apabila kondisi
bersifat mengancam kehidupan bakteri, maka spora akan dilepas oleh sel ke alam.
Bakteri tersebut tahan panas, perubahan kimia, dan jauh lebih tahan daripada
khamir atau kapang, juga lebih tahan terhadap pengolahan daripada enzim.[3]
Bakteri membelah dengan kecepatan yang luar
biasa, karena berkembang biak dengan sistem aseksual dan pembelahan biner.
Apabila kondisinya lingkungan menguntungkan, jumlahnya akan berkembang dan
menggandakan diri secara eksponensial, dimana tiap sel akan membelah diri
menjadi dua sel. Setiap sel memiliki waktu generasi (waktu yang dibutuhkan
untuk membelah diri) yang berbeda-beda. Seperti Escherichia coli, bakteri umum yang
dijumpai di saluran pencernaan dan di tempat lain, memiliki waktu generasi
15-20 menit. Hal ini artinya bakteri E. coli dalam waktu 15-20 menit mampu
menggandakan selnya menjadi dua kali lipat.. Bisa dibayangkan dalam waktu 5 jam jumlah
bakterinya akan meningkat berlipat ganda.
Sebagai ilustrasi
pembelahan biner Bakteri tiap 15 menit
0’
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
75’
|
90’
|
105’
|
120’
|
135’
|
1 sel
|
2 sel
|
4 sel
|
8 sel
|
16 sel
|
32 sel
|
64 sel
|
128 sel
|
256 sel
|
512 sel
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
Dalam waktu 2 jam 15 menit, jumlah awal 1 sel akan berkembang biak hingga 512 sel. Hal ini menunjukkan hubungan antara pertambahan sel dengan waktu adalah berbentuk geometrik eksponensial dengan rumus 2n. Jadi, bakteri E. coli dalam waktu 10 jam berkembang dari satu sel menjadi 1,09×1012 sel atau lebih dari 1 triliun sel. Sedangkan dalam makanan biasanya terdapat lebih dari satu sel. Bahkan hingga mencapai ribuan. Tentu dalam sepuluh jam, jumlahnya menjadi sangat fantastis. Itulah sebabnya, pangan yang terkontaminasi bakteri merugikan akan mengalami kebusukan dalam waktu yang relatif cepat.
Laju pertumbuhan
bakteri ini digunakan dalam modifikasi pangan,dan rekayasa dalam ilmu
pertanian. Bakteri yang menguntungkan akan dipacu pertumbuhannya menjadi lebih
banyak, sedangkan bakteri yang merugikan dihambat pertumbuhannya.
Dalam
pertumbuhannya, bakteri memiliki fase-fase pertumbuhan bakteri. Pemahaman
mengenai fase ini penting untuk mengetahui karakteristik bakteri sehingga dapat
digunakan dalam prinsip-prinsip pengawetan pangan. Fase tersebut adalah:
- Fase Lag
- Fase logaritmik/eksponensial.
- Fase Stationer
- Fase Death (kematian)
![]() |
gambar: try4know.co.cc |
Fase lag adalah fase adaptasi -penyesuaian diri- dengan keadaan media dan lingkungan tempat tumbuh yang baru. Pada periode ini tidak terjadi pembelahan sel. Fase ini adalah fase lambat yang dapat terjadi mulai dari beberapa menit sampai beberapa jam. Lama fase lag bervariasi tergantung pada komposisi media, spesies bakteri, dan faktor pendukung pertumbuhan yang terdapat pada media maupun lingkungan sekitar. Selain itu juga dipengaruhi oleh sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya. Pada fase ini mulai terbentuk enzim-enzim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan namun aktivitasnya belum maksimal.
Apabila sel telah
menyesuaikan diri, bakteri akan membelah dengan kecepatan yang konstan hingga
mencapai populasi yang maksimal. Fase ini disebut sebagai Fase
logaritmik/eksponensial, merupakan fase pertumbuhan tercepat, yaitu jumlah
sel menjadi dua kalinya setiap satu waktu generasi. Pada fase ini sel
mikroorganisme membutuhkan banyak energi dan paling sensitif terhadap kondisi
yang ekstrem, seperti panas, dingin, dan kering. Fase ini adalah fase dimana
bakteri mencapai jumlah populasi yang maksimal.
Pertumbuhan
penduduk dibatasi oleh salah satu dari tiga faktor: 1. kelelahan nutrisi yang tersedia;
2. akumulasi metabolit penghambat atau produk akhir metabolisme; 3. kelelahan ruang, dalam hal
ini disebut kurangnya "ruang biologis".[4] Akibat populasi bakteri yang semakin tinggi, terjadi
penumpukan racun akibat metabolisme sel, selain itu kandungan nutrient yang
dibutuhkan untuk tumbuh bakteri juga semakin menipis. Kondisi ini mengganggu
pertumbuhan sel sehingga menyebabkan banyak bakteri yang mati. Kompetisi antar
bakteri juga menjadi pemicu matinya bakteri. Fase ini disebut sebagai fase
stationer. Fase stasioner terjadi pada saat laju
pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya. Mudahnya, koloni
bakteri tidak menjadi lebih banyak atau lebih sedikit.[5]
Fase stasioner ini dilanjutkan dengan fase kematian yang ditandai dengan
peningkatan laju kematian yang melampaui laju pertumbuhan, sehingga secara
keseluruhan terjadi penurunan populasi bakteri. Kondisi ini akibat penumpukan racun dan habisnya
nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami
penurunan jumlah sel secara eksponensial.
Kerusakan mikrobiologis pangan dapat dilakukan dengan memodifikasi fase pertumbuhan bakteri dengan prinsip berikut:
Kerusakan mikrobiologis pangan dapat dilakukan dengan memodifikasi fase pertumbuhan bakteri dengan prinsip berikut:
- Mengurangi jumlah kontaminasi awal,
Kontaminasi
awal dapat dilakukan dengan pola penanganan bahan yang higienis. Selain itu
juga diperlukan perlakuan-perlakuan pendahuluan yang bertujuan membunuh mikroba
yang sudah terdapat pada bahan pangan. Misalnya dengan cara
pembersihan/pemotongan, pencucian, pemanasan, dan sebagainya.
- Memperpanjang fase adaptasi dan atau memperlambat fase logaritmik
Prinsip
nomor dua ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan pertumbuhan
yang tidak kondusif bagi mikroba, misalkan dengan menurunkan kadar air,
menurunkan kelembapan, meningkatkan keasaman, menghilangkan oksigen, dan menurunkan
suhu.
- Mempercepat fase kematian, dapat dilakukan dengan proses thermal (pemanasan), pengeringan, dan iradiasi.
Semua sifat-sifat ini juga dapat digunakan dalam rekayasa pertanian,
misalnya dalam pembuatan pupuk hayati.
Semoga bermanfaat, jangan lupa komen ya jika anda merasakan manfaatnya.
Referensi:
[1] http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=13954,
diakses 22 Mei 2011
[2] Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M.
Wooton. 2009. Ilmu Pangan. UI Press.
Jakarta.
[3] Muchtadi, Tien. 1989. Petunjuk
Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi IPB. Bogor
[4] http://www.textbookofbacteriology.net/growth.html,
diakses 22 Mei 2011
[5] http://www.helium.com/items/1258572-what-are-the-four-phases-of-bacterial-growth,
diakses 22 Mei 2011
COMMENTS